Terjebak dalam Kota Kontradiksi > #3

Ananya dan Vikram menemukan diri mereka terjebak di gudang yang sudah tua, dikelilingi oleh preman tanpa jalan keluar. Rasa takut dan ketegangan mengisi udara saat mereka saling bertukar pandangan cemas.
Ananya
(gugup) Vikram, apa yang harus kita lakukan? Aku tidak pernah mendaftar untuk kegembiraan seperti ini.
Vikram
(tenang) Jangan khawatir, Ananya. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu. Tetaplah dekat dan percayalah padaku.
Ananya
(ragu-ragu) Percaya padamu? Kamu seorang preman! Apa yang membuatmu berpikir aku bisa percaya padamu?
Vikram
(bertahan) Mungkin aku seorang preman, tetapi aku memiliki kode. Dan itu termasuk melindungi mereka yang membutuhkannya. Kamu bisa percaya padaku.
Ananya
(skeptis) Baiklah, aku akan mempercayaimu untuk saat ini. Tetapi jangan berpikir aku tidak akan mengawasimu.
Vikram
(senyum sinis) Itu adil. Ingatlah, aku akan selalu ada di belakangmu.
Ananya
(penasaran) Jadi, Vikram, bagaimana kamu sampai ke dalam pekerjaan ini?
Vikram
(introspektif) Hidup memiliki cara yang lucu untuk mendorongmu ke dalam hal-hal yang tidak pernah kamu harapkan. Aku harus bertahan hidup, dan ini adalah satu-satunya jalan yang tersedia.
Ananya
(penuh simpati) Itu pasti sulit. Tetapi selalu ada pilihan, kan? Kamu bisa memilih jalan yang berbeda.
Vikram
(pahit) Mungkin. Tetapi ketika kamu tumbuh di tengah kemiskinan dan kekerasan, pilihan tidak begitu jelas. Kadang-kadang, kamu hanya harus membuat yang terbaik dari situasi yang ada.
Ananya
(lembut) Aku tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya. Tetapi kamu lebih dari sekadar seorang preman, Vikram. Aku melihatnya di matamu.
Vikram
(terkejut) Apa maksudmu?
Ananya
(dengan semangat) Maksudku, aku melihat api dalam dirimu, keinginan untuk sesuatu yang lebih baik. Kamu memiliki kekuatan untuk menciptakan kehidupan yang berbeda untuk dirimu sendiri.
Vikram
(dengan kerinduan) Mungkin kamu benar, Ananya. Mungkin sudah waktunya aku mulai percaya pada diriku sendiri.
Ananya
(mendorong) Kamu seharusnya melakukannya, Vikram. Kamu mampu melakukan lebih dari yang kamu pikirkan. Dan bersama-sama, kita akan melewati ini.
Vikram
(bersyukur) Terima kasih, Ananya. Kamu telah menunjukkan sisi diriku yang sudah aku lupakan.
(suara berderak keras)
Ananya
(terkejut) Apa itu?
Vikram
(waspada) Waktu kita semakin habis. Kita harus mencari jalan keluar sebelum mereka menemukan kita. Tetap dekat, Ananya.